Sabtu, 13 Desember 2008
PROGRAM LIBURAN
Bagi anak-anak yang belajar di sekolah umum, pada saat liburan tentunya sangat luang. Sebenarnya waktu luang ini dapat digunakan anak untuk belajar sesuatu yang tidak sempat dipelajarinya bila sekolah sedang tidak libur.
Informasi program liburan dapat diperoleh selengkapnya di i-Homeschooling (Ms.Putri/Ms. Vika).
Berikut adalah formulir pendaftaran yang memudahkan orangtua untuk memilih kegiatan yang sesuai untuk anaknya.
FORMULIR PENDAFTARAN PROGRAM LIBURAN
Nama anak : ………………………………………………………………
Tempat/tanggal lahir : .................................................................
Nama orang tua : ………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………
No. Telepon / HP : ………………………………………………………………
Pendidikan yang telah dicapai anak :
a. Sekolah umum / kelas :
b. Homeschooling / kelas :
c. ………………….
Pelatihan yang diharapkan dapat dilaksanakan di i-Homeschooling selama liburan :
Remedial (akademik)
Kelompok belajar
Kelas bahasa asing (English / Mandarin)
Asimilasi sekolah umum
Kelas sosialisasi
Pendidikan agama (Kristen / Islam)
Pelatihan bakat / keahlian :
Musik :
Angklung
Pianika
Gitar
Keyboard
Vocal (menyanyi)
Kreativitas (kerajinan tangan)
Shirt painting
Dancing (menari)
Sport :
Tennis meja
Bola basket
Badminton
Berenang
Bola kaki
Bersepeda
Hiking
Swimming
Yoga
Kelas memasak (home industry)
Workshop pangan
Berkebun organic
Beternak ikan
Komputer (mengetik, menggambar, belajar CD akademik…)
Science experimental
Pelatihan kemampuan bantu diri (life skill)
Social manner training
Toilet training
Playgroup bahasa Indonesia
…………………………………………………………
Lamanya mengikuti program liburan : …………….
Uang sekolah : Rp. ……………………………
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru : (kemampuan fisik/mental/emosi/diet)
a. ……………………………………………………………….
b. ……………………………………………………………..
c. ……………………………………………………………..
d. …………………………………………………………….
e. …………………………………………………………….
f. ……………………………………………………………
(……………………………………)
Paraf orang tua / wali
Individu ASD Bisa Bekerja ?
Sejak mengelola sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus dan anak ASD (Autism Spectrum Disorder) cara pandang saya terhadap pendidikan dan masa depan anak memang jadi sedikit berbeda, bukan berarti tidak ingin anak sekolah tinggi tapi ternyata ketrampilan amat sangat diperlukan.
Saat ini, perhatian pemerintah terhadap pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus (special needs) memang masih sangat minim. Bahkan jaminan perlindungan dan dukungan bagi mereka belum ada. Sebab itu penyandang ASD membutuhkan dukungan penuh keluarga. Seperti halnya orang normal memiliki kekhasan masing-masing, mereka perlu pemahaman yang dicapai melalui interaksi terus-menerus.
Padahal jumlah anak-anak dengan berbagai kekurangan ini terus bertambah dan sering kali tidak memperoleh pendidikan yang memadai. Betapa pun mereka itu kan juga generasi penerus.
Ada sebuah iklan di luar negeri, tentang seorang anak remaja dengan pakaian tentara menggendong seorang anak lain yang lebih kecil di punggungnya. Saat orang bersimpati betapa berat beban yang dia pikul, anak itu menjawab "he's ain't heavy, he's my brother .... “ (dia tidak berat, dia saudaraku....).
Beberapa orang berpikir, bahwa anak-anak ini kelak akan "menyusahkan" saudaranya, karena kakak / adiknya harus terus "momong". Kalau saya tidak ingin berpikir seperti itu. Setiap orang mempunyai hati nurani, dan mempunyai kerinduan untuk berbuat baik dan semua itu dapat diarahkan untuk berbuat baik pada lingkup terdekat dahulu. Supaya tidak merepotkan, maka kita sebagai orang tua harus menyiapkan sistem dari sekarang, sehingga adil untuk semua anak mendapat kehidupannya masing-masing dan tetap terus saling mengasihi.
Pola Pendidikan
Untuk itu marilah berpikir tentang 'pola pendidikan’ yang sebaiknya ditempuh orangtua :
1. Anak belajar basic academic skills (baca-tulis-hitung) terserah lewat lembaga apa (sekolah reguler, sekolah mainstream, sekolah inklusi, sekolah khusus, SLB, homeschooling, terapi atau apa saja)
2. Anak belajar berbagai pengetahuan umum
3. Anak belajar KEMANDIRIAN dalam mengurus diri sendiri
4. Anak belajar SIKAP KERJA yang positif --- baca instruksi, bekerja sendiri, patuh, paham konsep bekerja dulu baru dapat imbalan, paham urutan dan sebagainya.
5. Anak meningkatkan ketrampilan tangan.
6. Anak digali potensi bakat dan minatnya.
Setelah itu orangtua mulai lirik-lirik atas dasar 'perkiraan' bakat & minat anak, bidang usaha apa yang cocok ? Misalnya :
- anak senang rapi-rapi, senang setrika/cuci pakaian ---- laundry ?
- anak senang goreng - goreng, masak - masak ---- catering ?
- anak senang prakarya ---- handycraft, toko pernak-pernik, kerja sama
dengan butik ?
- anak senang melukis, musik, menjahit, bersih-bersih ...
Kalau sudah ketemu, ketrampilan apa yang belum dikuasai anak agar bisa bekerja di bidang usaha itu ?
Ketrampilan - ketrampilan itu dipelajari di masa-masa antara 'sesudah anak menguasai basic skills’ dan 'sebelum masa dewasa'.
Jangan menetapkan TARGET KEBERHASILAN pada aspek akademis atau bicara saja. Kalau anak 'tertib', 'paham aturan' dan menyukai sesuatu (minat) bukan tidak mungkin dia dilatih ketrampilan tertentu yang membuat hari-harinya berwarna dan ia BANGGA pada dirinya sendiri.
Apa saja yang muncul dari anak-anak kita tidak boleh luput dari pengamatan, karena kita tidak tahu, setelah 10 tahun kebiasaan itu akan menjadi sebuah aktivitas yang luar biasa dan mengundang decak kagum setiap orang.
Lalu bagaimana dengan guru-gurunya? Tidak ada guru yang siap pakai. Semua belajar lagi karena setiap anak berbeda karakternya. Tak ada satu anak ASD pun yang sama persis dengan anak ASD yang lain. Satu hal yang utama, guru itu harus punya niat untuk membaktikan diri terhadap tugasnya, karena urusan ilmu dan teknik bukanlah sesuatu yang tak bisa dipelajari.
Memang kalau mau anak ASD bisa bekerja, orang tua harus mulai mengajarkan pekerjaan rumah tangga secara bertahap, walaupun hasilnya tidak memuaskan, tapi ingat semua orang itu belajar dari NOL.
Semoga ini menjadi inspirasi terutama bagi orang tua yang kebetulan pengusaha dan ingin mulai menciptakan lapangan kerja bagi anak-anak spesial ini. Anak – anak bisa melakukannya karena melihat contoh nyata orang tuanya.
Perhatikan Siapa Mereka ?
Di Belgia, misalnya, ada pabrik roti, toko pembuat kartu dan sebagainya yang menggunakan para penyandang ASD sebagai pekerja. Program ini juga sangat berhasil di Singapura dan Malaysia, menyalurkan anak-anak tersebut untuk bekerja di hotel, entah itu di bagian laundry atau sebagai bell boy.
Di Indonesia ada yang bisa menjadi kasir (toko roti Queen, Solo), presenter dan pengarang buku Autistic Journey 1 dan 2 (Oscar Dompas), bahkan anggota TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia).
Di sekolah saya, sudah ada seorang murid ASD yang juga menjadi asisten guru. Ada juga seorang penyandang Cerebal Palsi yang ingin menjadi penerjemah setelah menyelesaikan paket C (kesetaraan SMU).
Pernah dilakukan penelitian tentang etos kerja dari seluruh karyawan yang ada (antara karyawan biasa dan luar biasa). Yang menakjubkan ternyata hasil produksi dari 2 golongan tadi, karyawan spesial-lah yang memiliki tingkat etos kerja yang tinggi, misalnya jumlah produksi yang dihasilkan setiap harinya meningkat, dalam rate 30 % perbulan, setelah dianalisa ternyata karyawan yang special need tidak pernah melakukan korupsi waktu, tidak lelet-lelet (ogah-ogahan) sedang karyawan yang biasa.... kebalikannya kan?.
Bill Gates, Temple Grandin PhD, Donna Williams adalah individu – individu ASD yang sukses dibidang mereka dan telah menulis banyak buku mengenai kelainan mereka dalam memandang dunia. Sedih rasanya melihat dunia memperlakukan mereka (pelecehan, dibohongin dan sebagainya) karena kelainan yang mereka miliki.
Australia dan Amerika
Di Australia, setiap anak / orang disabled itu harus diperlakukan sama seperti anak / orang normal lainnya. Ada cukup banyak perusahaan yang dengan senang hati mau menerima anak-anak berkebutuhan khusus terutama anak ASD yang ternyata kalau sudah punya satu keahlian, bisa fokus dan mengagumkan.
Ini adalah website satu perusahaan komponen elektronik yang pegawainya hampir semuanya adalah orang-orang ASD. http://www.cns.org.au/about.htm
Di Amerika juga ada perusahaan - perusahaan yang bersedia menerima macam – macam disabled people. Bahkan ada organisasi - oganisasi swasta yang bersifat non profit, yang membantu untuk melatih dan menyalurkan untuk bekerja pada perusahaan - perusahaan.
Perusahaan tersebut sudah membuat semacam sistem dalam bentuk sebuah workshop (restoran,bengkel, craft shop) di mana mayoritas yang berperan adalah anak-anak berkebutuhan khusus. Kalau penerapannya tetap disesuaikan dengan kondisi lokal.
Kebanyakan orang tua yang tak mampu biasanya menganjurkan anaknya bekerja (biasanya perusahaan menerima penyandang cacat asal dinilai mampu melakukan pekerjaan yang akan diberikan) atau tinggal di rumah saja, bisa meminta DLA (disabilty living allowance - santunan uang dari pemerintah untuk penyandang cacat).
Hal ini didukung dengan adanya undang - undang "Equal Employment Opportunity (EEO) Laws. Salah satu isinya adalah:
Title I and Title V of the Americans with Disabilities Act of 1990 (ADA), which prohibit employment discrimination against qualified individuals with disabilities in the private sector, and in state and local governments;
Kalau memang individu tersebut qualified untuk pekerjaannya, maka diberikan kesempatan, terlepas dari perbedaannya.
Perjuangan ’luar – dalam’
Semoga suatu hari di Indonesia juga ada UU ini atau semakin berkembang autism awareness nya, juga awareness untuk anak berkebutuhan khusus lainnya. Semoga lain waktu ada perusahaan atau lapangan kerja khusus untuk anak-anak kita. Saya yakin jika itu dari sekarang kita mulai tidak menutup kemungkinan.
Jadi "keluar" kita berjuang untuk membuat masyarakat bisa menerima keunikan anak spesial, "kedalam" kita harus mendidik anak masing-masing agar dapat mandiri dan berkarya.
A gift of life, anak-anak ini adalah kado dari Tuhan. Mereka bukan untuk disembunyikan, bukan pula untuk dianggap sebagai kutukan yang memalukan. Mereka juga berhak menikmati kehidupan seperti ”anak normal” yang diajak jalan-jalan oleh orangtuanya ke mal, atau diajak bersosialisasi dengan anak lain.
Masakan anak kita tidak bisa jadi orang yang berguna nantinya. Apapun itu sesuai kelebihan dan kekhususannya. Saya berharap para orang tua jangan berputus asa apapun keadaan anak kita. Percayalah Tuhan pasti telah memberikan kelebihan kepada anak-anak kita yang nanti pasti ada gunanya buat masyarakatnya. Amin.
Asrama Anak ASD,Tren Dunia Pendidikan Khusus
Anak – anak Autism Spectrum Disorder (ASD) yang ditandai dengan gejala gangguan berkomunikasi, berinteraksi sosial dan perilaku mempunyai derajat gangguan dan kemampuan yang berbeda. Ada yang Low Function, High Function, PDD NOS (Gangguan Perkembangan Pervasif) dan Gifted Talented (Cerdas Berbakat Istimewa). Sekolah yang menampung merekapun beraneka ragam, ada Sekolah Khusus, Sekolah Reguler, Sekolah Inklusi, Tempat Terapi dan Asrama.
Konsep pendidikan khusus di Amerika, Belanda dan Australia.
Sistem perundangan dan pendidikan di Amerika tidak memberlakukan labelling pada anak – anak yang belum memasuki usia sekolah (dibawah 6 tahun). Namun bukan berarti pemantauan dan pelayanan khusus bagi anak – anak yang memerlukannya tidak dilakukan. Secara umum sistem identifikasi di Amerika untuk kondisi berkekhususan dilakukan melalui pendekatan menyeluruh multi dimensional dan multi disiplin. Dilakukan dalam bentuk kolaborasi diagnosis yang menggunakan pendekatan psychoeducational assessment. Sistem aplikasi lapangan akan bergantung pada perundangan dan kebijakan dari masing – masing Negara Bagian. Namun demkian benang merah perundangan nasionalnya (Federal Law) tetap sama. Sistem yang berlaku di berbagai Negara Bagian walau berbeda, tetapi konsep dasar dan sistemnya sama. Proses pelayanan pendidikan khusus ini berlaku umum bagi seluruh jenis kondisi kekhususan termasuk didalamnya ASD yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Adapun halnya asrama ASD senantiasa mendapatkan pengarahan dari pemerintah dan lembaga – lembaga ilmiah kearah evidence based practice.
Negara Belanda dalam sistem pendidikan yang adaptif masa kini lebih memilih sedapat mungkin anak – anak kebutuhan khusus dimasukkan dalam sekolah regular http:/www.minocw.nl/wsns/. Hal ini berkaitan dengan filosofi pendidikan masa kini bahwa sekolah bukan hanya untuk mengembangkan kemampuan akademik, tetapi lebih sebagai tempat mengembangkan semua aspek tumbuh kembang anak. Kompetensi anak (inteletual, seni, musik, dan olah raga) dilakukan berdasarkan kemampuan dan kondisi anak.
Kepada orang tua juga diwajibkan mengikuti kelompok organisasi orang tua yang dibina oleh pemerintah atau lembaga – lembaga pendidikan. Yang terbesar adalah Pharos (http;//www.pharosnl.nl) yang mengeluarkan majalah ilmiah popular, mengadakan pertemuan antar orang tua baik online atau tatap muka, mengadakan seminar / pelatihan dan melayani hotline cuma – cuma jika terjadi kedaruratan dalam pengasuhan.
Asrama – asrama di Belanda yang terorganisasi menjadi badan hukum (yayasan) mendapatkan pengawasan dari pemerintah dan lembaga ilmiah karena saat ini banyak sekali beredar ilmu – imu dan teori yang masih ‘setengah jadi’ atau pseudoscience, beum ada bukti ilmiahnya yang dapat menyeret para orang tua mencari upaya – upaya alternatif yang justru tidak sesuai dengan kaidah tumbuh kembang anak disamping menghambat pembinaan yang diberikan pemerintah.
Di Australia, asrama – asrama lebih mengarah ke Group Home Facility yaitu orang tua individu ASD bekerja sama dengan orang tua lain yang punya visi dan misi yang sama menyediakan sarana rumah bagi mereka. Anak bekerja di rumah tersebut, semacam home industri. Saat ini, group home berkembang menjadi besar dan organized, yang mengawasi dan aktif mengontrol tetap saja orang tua. Para profesonal hanya bekerja (digaji seperti pegawai biasa). Harapan dari para orang tua dari asrama ini adalah agar individu ASD dapat menjadi “cahaya lilin” bagi teman – temannya.
Di beberapa kota di Malaysia dan Indonesia pun sudah ada yang memulai dan telah melaksanakannya, walaupun masih terbatas pada pengelolaan seadanya oleh individu tertentu, dengan bantuan sponsor dan donatur pribadi.
Melihat kondisi asrama ASD di Belanda dan Amerika perlulah di Indonesia dibangun multidiscipline networking dan system referral antara Departemen Pendidikan dan Departemen Kesehatan dalam rangka psychoeducational assessment.
Memasukkan anak ke asrama ASD bukan berarti orang tua lepas dari tanggung jawab beban berat dan hanya untuk mengejar kesenangan. Masa depan dan kebahagiaan anak – anak inilah yang kita utamakan.
Penulis pernah bertemu dengan seorang ayah yang sudah berumur, yang masih harus menjaga, merawat anak ASDnya yang sudah dewasa sendirian (beban tambah berat saat sang istri sudah tiada). Tidak ada keluarga dan saudara sang anak yang dapat menggantikan posisi orang tua tersebut. Apa permintaan doa sang ayah kepada penulis ? Mohon kepada Tuhan agar diberi hidup lebih sedetik saja dari sang anak. Dari sinilah penulis berfikir anak – anak remaja ASD yang beranjak dewasa perlu memiliki tempat berlindung yang efisien selain di rumah sendiri .
Bimbingan juga diperlukan bagi orang tua agar mampu dengan baik mengasuh dan mendampingi pendidikan anaknya. Syukur kalau orang tua menyadari hal ini dan mampu membimbing mereka. Banyak juga yang terlambat ditangani, karena sering orang tua tidak tega dan tidak konsisten dalam penerapan.
Semoga saja usaha dan perjuangan yang sudah dilakukan baik dalam usaha membuat anak lebih baik maupun usaha meningkatkan kepedulian masyarakat tidak akan pernah sia – sia.
Penulis percaya pasti akan terlihat hasilnya walaupun sedikit demi sedikit. Tidak ada yang berani bilang kalau perjuangan itu gampang, yang penting kita tetap semangat dan bersatu, jangan saling ‘menjatuhkan ‘ baik antar orang tua senasib maupun para terapis (professional). Tuhan pasti melihat perjuangan kita. Percayalah…!!!
Warna – warni Bulan Peduli Autis Nasional
Bulan April telah lewat. Bulan Peduli Autis Nasional yang diisi dengan berbagai aktifitas di Ibukota dan berbagai daerah usai sudah. Ada Expo Autis di Jakarta, ada pembagian bunga di Bundaran Hotel Indonesia, ada Outbound ABK di Medan, ada demonstrasi Hasil Karya dan penjualan hasil Home Industri mereka, serta ada Seminar di beberapa kota. Ada seminar kesehatan, ada seminar yang membahas teknik terapi tertentu, ada yang menyuarakan Pentingnya Hak Anak Autis bahkan dalam pertemuan Parents Gathering ada yang mengusulkan Sertifikasi bagi para Guru Anak Autis dan Lembaga Perlindungan Anak Autis.
Negara Qatar yang ditunjuk oleh Dewan PBB untuk menjadi juru kampanye ‘autism awareness ‘ telah melaksanakan tugasnya diawali dengan World Autism Awareness Day (2 April) dan sengaja tidak ditutup walaupun Bulan Peduli Autis sudah lewat karena memang setiap hari kita perlu menyuarakan autism awareness.
Diperkirakan ada jutawan jiwa anak – anak autis di Indonesia. Banyak yang belum mendapatkan haknya secara penuh. Banyak yang tak diinginkan lagi oleh orang tuanya atau dititipkan ke Yayasan Penitipan anak.
Banyak dari anak – anak ini tidak diterima di sekolah formal baik karena kurangnya kemampuan akademis maupun karena mereka berbeda. Banyak yang mengambil program homeschooling (sekolahrumah) dengan harapan mendapatkan ijazah paket kesetaraan yang dikeluarkan Diknas.
Diknas sendiripun sekarang ini sedang mempersiapkan Keputusan Menteri mengenai pedoman bagi pelaku Homeschooling (sekolah rumah) yang akan bermitra dengan sekolah formal, melengkapi keluarnya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP 19 tahun 1995 tentang _____________________
Anak – anak itu begitu unik. Kadang sulit diduga, kadang mmbuat frustasi, tapi dilain waktu menumbuhkan semangat. Menghadapinya memang memerlukan kesabaran tinggi, ketelatenan, waktu yang cukup, keinginan dan kemauan untuk memahami. Sekali waktu dia terlihat seperti anak manis yang begitu dekat dengan kita. Di lain waktu dia jauh tak teraih.Dia tidak buta, tapi kadang matanya sulit untuk melihat sesuatu yang harus dia lihat. Tidak tahu apa yang dia lihat. Dia tidak tuli, tapi seringkali dia seakan tak mendengar, cuek bebek tidak merespon, membuat kita seperti tak ada. Dia tidak bisu tapi mulutnya seakan sulit membentuk kata – kata (bicara itu susah, tahu ! kata sorang anak lewat secarik kertas)
Seorang anak akan mengatakan (bila ia bisa menulis) bahwa ia tidak tahu kenapa badannya ingin bergerak terus. Padahal ia sangat lelah, lalu iapun menangis karena kelelahan ; tapi badannya tidak bisa diperintah untuk diam.
Anak lain bahkan marah pada tangannya, karena tidak mau menurut ketika diperintahkan untuk menyendok makanan. Setiap anak tentu berbeda, karena tidak pernah ada anak yang sama. Tapi untuk anak – anak ini, perbedaan mereka menjadi begitu penting dan mementukan. Adalah sangat bijak untuk mendekati dan mengenali anak sedalam mungkin sebelum melakukan sesuatu. Karena terkadang teori pun jadi kurang relevan.
Dipanggil Untuk Mencinta
Saya mengajak anda semua mengambil hikmah kisa nyata Chicken Soupnya Jack Cranfield yaitu kisah tentang anak yang sangat isimewa dari surga.
Diceritakan, sepasang suami istri tengah melakukan perjalanan mengunjungi panti rehabilitasi untuk membawa putri mereka yang terlahir cacat, mereka berfikir ini akan mengurangi oenderitaan putrinya yang saat tu sudah berusia delapan belas bulan sekaligus membebaskan keluarganya dari kewajiban mengurus anak cacat. Mereka menduga di panti rehabilitasi nanti putrinya akan merasa lebih baik bla berada bersama anak – anak lain seperti dia. Di tengah perjalanan yang memilukan hati itu, sang istri memutar radio mobil dan tanpa segaja mendengar seorang mantan teman sekelasnya di SMU.
Ia ingat temannya itu seorang anak yang tidak memiliki kaki, sekaran ini menjadi ketua sebuah organisasi yang mempekerjakan penyandang cacat. Ia bercerita tentang masa kanak – kanaknya dan percakapanya dengan ibunya, Ibunya berkata kepada dia, ” Ketika tiba waktunya bagi seorang anak cacat lain untuk dilahirkan, Tuhan dan para malaikat mengadakan sebuah sidang khusus untuk memutuskan kemana ia akan dikirim, akhirnya keputusan pun dsepakati, Tuhan berkenan agar malaikat mengirim anak cacatini kepada keluarga yang dapat menerima cintaNya yakni keluarga yang akan menyayangi anak cacat ini dengan sepenuh hati. Nah, keluarga kita menjadi salah satu pilihannya.
Mendengar kisah ini, sang istri mengulurkan tangannya mematikan radio itu, matanya berkaca – kaca menahan tangis dan ia berkata kepada suaminya, ”kita pulang saja, ternyata putri kita adalah anak yang sangat istimewa dari surga.”
Sesungguhnya banyak cara bagi Tuhan untukmengajarkan ilmunya kepada kita, tidak selalu dari hal – hal yang kita angap positif, bahkan seorang anak cacat ang kita miliki adalah cara Dia ang begitu elok menhadiahkan CintaNya kepada kita.
Ketika saya memikirkan dunia anak – anak ini yang sama sekali tidak masuk akal, barulah saya menyadari semua penderitaan dan kegagalannya, keberaniannya yang teguh menghadapi semua kebingungan. Anak – anak inilah sumber inspirasi dunia.
(Elisabeth Lily)
Negara Qatar yang ditunjuk oleh Dewan PBB untuk menjadi juru kampanye ‘autism awareness ‘ telah melaksanakan tugasnya diawali dengan World Autism Awareness Day (2 April) dan sengaja tidak ditutup walaupun Bulan Peduli Autis sudah lewat karena memang setiap hari kita perlu menyuarakan autism awareness.
Diperkirakan ada jutawan jiwa anak – anak autis di Indonesia. Banyak yang belum mendapatkan haknya secara penuh. Banyak yang tak diinginkan lagi oleh orang tuanya atau dititipkan ke Yayasan Penitipan anak.
Banyak dari anak – anak ini tidak diterima di sekolah formal baik karena kurangnya kemampuan akademis maupun karena mereka berbeda. Banyak yang mengambil program homeschooling (sekolahrumah) dengan harapan mendapatkan ijazah paket kesetaraan yang dikeluarkan Diknas.
Diknas sendiripun sekarang ini sedang mempersiapkan Keputusan Menteri mengenai pedoman bagi pelaku Homeschooling (sekolah rumah) yang akan bermitra dengan sekolah formal, melengkapi keluarnya UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dan PP 19 tahun 1995 tentang _____________________
Anak – anak itu begitu unik. Kadang sulit diduga, kadang mmbuat frustasi, tapi dilain waktu menumbuhkan semangat. Menghadapinya memang memerlukan kesabaran tinggi, ketelatenan, waktu yang cukup, keinginan dan kemauan untuk memahami. Sekali waktu dia terlihat seperti anak manis yang begitu dekat dengan kita. Di lain waktu dia jauh tak teraih.Dia tidak buta, tapi kadang matanya sulit untuk melihat sesuatu yang harus dia lihat. Tidak tahu apa yang dia lihat. Dia tidak tuli, tapi seringkali dia seakan tak mendengar, cuek bebek tidak merespon, membuat kita seperti tak ada. Dia tidak bisu tapi mulutnya seakan sulit membentuk kata – kata (bicara itu susah, tahu ! kata sorang anak lewat secarik kertas)
Seorang anak akan mengatakan (bila ia bisa menulis) bahwa ia tidak tahu kenapa badannya ingin bergerak terus. Padahal ia sangat lelah, lalu iapun menangis karena kelelahan ; tapi badannya tidak bisa diperintah untuk diam.
Anak lain bahkan marah pada tangannya, karena tidak mau menurut ketika diperintahkan untuk menyendok makanan. Setiap anak tentu berbeda, karena tidak pernah ada anak yang sama. Tapi untuk anak – anak ini, perbedaan mereka menjadi begitu penting dan mementukan. Adalah sangat bijak untuk mendekati dan mengenali anak sedalam mungkin sebelum melakukan sesuatu. Karena terkadang teori pun jadi kurang relevan.
Dipanggil Untuk Mencinta
Saya mengajak anda semua mengambil hikmah kisa nyata Chicken Soupnya Jack Cranfield yaitu kisah tentang anak yang sangat isimewa dari surga.
Diceritakan, sepasang suami istri tengah melakukan perjalanan mengunjungi panti rehabilitasi untuk membawa putri mereka yang terlahir cacat, mereka berfikir ini akan mengurangi oenderitaan putrinya yang saat tu sudah berusia delapan belas bulan sekaligus membebaskan keluarganya dari kewajiban mengurus anak cacat. Mereka menduga di panti rehabilitasi nanti putrinya akan merasa lebih baik bla berada bersama anak – anak lain seperti dia. Di tengah perjalanan yang memilukan hati itu, sang istri memutar radio mobil dan tanpa segaja mendengar seorang mantan teman sekelasnya di SMU.
Ia ingat temannya itu seorang anak yang tidak memiliki kaki, sekaran ini menjadi ketua sebuah organisasi yang mempekerjakan penyandang cacat. Ia bercerita tentang masa kanak – kanaknya dan percakapanya dengan ibunya, Ibunya berkata kepada dia, ” Ketika tiba waktunya bagi seorang anak cacat lain untuk dilahirkan, Tuhan dan para malaikat mengadakan sebuah sidang khusus untuk memutuskan kemana ia akan dikirim, akhirnya keputusan pun dsepakati, Tuhan berkenan agar malaikat mengirim anak cacatini kepada keluarga yang dapat menerima cintaNya yakni keluarga yang akan menyayangi anak cacat ini dengan sepenuh hati. Nah, keluarga kita menjadi salah satu pilihannya.
Mendengar kisah ini, sang istri mengulurkan tangannya mematikan radio itu, matanya berkaca – kaca menahan tangis dan ia berkata kepada suaminya, ”kita pulang saja, ternyata putri kita adalah anak yang sangat istimewa dari surga.”
Sesungguhnya banyak cara bagi Tuhan untukmengajarkan ilmunya kepada kita, tidak selalu dari hal – hal yang kita angap positif, bahkan seorang anak cacat ang kita miliki adalah cara Dia ang begitu elok menhadiahkan CintaNya kepada kita.
Ketika saya memikirkan dunia anak – anak ini yang sama sekali tidak masuk akal, barulah saya menyadari semua penderitaan dan kegagalannya, keberaniannya yang teguh menghadapi semua kebingungan. Anak – anak inilah sumber inspirasi dunia.
(Elisabeth Lily)
Ada apa di iHomeschooling?
iHomeschooling beralamat di Jl. Sei Batang Serangan no. 91/22 (simpang Sei Bahorok), Medan merupakan tempat pelatihan kemandirian bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Langganan:
Postingan (Atom)